10 Pertanyaan Anak Terkait Orang Tua Dipenjara
Beberapa hari lalu saya menonton program berita di televisi.
Program berita kriminal sih, kalau nggak salah tentang seorang bapak yang
merampok toko perhiasan karena terhimpit masalah ekonomi keluarga. Sedih sih
ya… ironis gitu. Demi menghidupi keluarga, seorang kepala keluarga memutuskan
untuk doing something harmful and
criminal.
Yang menjadi concern
saya bukan tentang kasusnya atau tindakan kriminal yang dilakukan bapak
tersebut. Melainkan tentang kesiapan psikologis istri dan anak-anaknya dalam
menerima kenyataan bahwa suami atau ayahnya akan dipenjara.
Tentu akan terjadi banyak perubahan dalam keluarga setelah
salah satu anggotanya dihukum penjara sebagai pertanggung jawaban dalam kasus
kriminal. Terutama jika yang dihukum penjara tersebut adalah orang tua, bapak
atau ibunya. Dalam hal raising children
juga akan mengalami perubahan. Menjadi seorang single parent yang mengurus anak dengan pasangan yang dipenjara
merupakan tantangan hidup yang mau tidak mau harus dijalani. Anak-anak pun
tentu merasakan adanya perubahan dan kebingungan sehingga sering terlontar
pertanyaan sederhana namun cukup sulit dijawab oleh single parent atau pengasuh.
Jika saya telaah sedikit berdasarkan teori Ekologi dari Urie Bronfenbrenner maka dapat saya simpulkan
bahwa orang tua yang dihukum penjara
secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan anak. Keadaan
tersebut berada pada level eksosistem dimana terdapat setting yang tidak berinteraksi langsung
dengan anak namun dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan
anak. Setting di sini dialami oleh significant person anak yaitu orang tua.
Banyak sekali perubahan perkembangan yang akan dialami
seorang anak yang orang tuanya dipenjara. Misalnya perubahan pada self-esteem, trust, hingga dapat bersinggungan dengan akademik dan sosial anak.
Ketika mengetahui orang tuanya dipenjara, anak butuh
penyesuaian diri dengan perubahan yang ada. Jika setiap harinya anak dapat
berinteraksi dengan orang tuanya atau melakukan kegiatan bersama kemudian
dipisahkan sekian lama, tentu memerlukan
penyesuaian dan penjelasan mengenai ketidakhadiran orang tua terutama pada
anak usia awal (usia pra sekolah hingga sekolah dasar). Biasanya, anak yang
mengetahui atau bahkan menyaksikan sendiri orang tuanya ditangkap tetapi tidak
diberikan penjelasan tentang apa yang terjadi atau kemana orang tuanya pergi,
akan memunculkan pertanyaan atau keingintahuan.
Pertanyaan yang tidak terpuaskan akan memicu trauma, anak juga
menjadi ragu hingga tidak percaya pada sistem hukum, dan berpikir bahwa itu
adalah salah mereka atau blaming
themselves hingga berpikiran untuk mengikuti jejak orang tuanya. Jangan
sampai ya, parents…
Kembali pada kalimat terakhir di lima paragraf sebelumnya,
saya akan membahas tentang 10 pertanyaan
yang mungkin akan dilontarkan anak mengetahui orang tuanya dipenjara serta
bagaimana seorang single parent atau
pengasuh dapat menjawab pertanyaannya dengan bijak.
1. Papa/mama ke mana sih?
Siapa sih yang mau dibohongi walaupun
kedengarannya indah? Everybody deserves
the truth. Begitu pula anak-anak. Sebaiknya orang tua memberikan penjelasan
yang sebenarnya dengan tenang, menggunakan kata-kata yang sederhana, dan
dijelaskan dengan perlahan. Tahukah parents,
jika anak mengetahui bahwa ia telah dibohongi maka akan timbul perasaan mistrust kepada orang tua yang berdampak
pada renggangnya hubungan antara orang tua dan anak.
2. Kapan papa/mama pulang?
Keep
your child up to date mengenai kabar orang tuanya. Jelaskan secara konkrit
tentang waktu penahanan, bahkan jika orang tua memang tidak tahu dengan jelas
kapan, orang tua dapat menjawab dengan “kita masih belum tahu bagaimana
kedepannya atau apa yang akan terjadi nanti.”
3 3. Kenapa papa/mama dipenjara?
Mungkin ini termasuk pertanyaan sulit.
Kalau memang orang tua benar-benar bersalah, jelaskan pada anak sebagai bahan
pelajaran hidup bahwa selalu ada konsekuensi yang harus dijalani atas setiap
tindakan yang melanggar hukum atau menyakiti orang lain. Orang yang bersedia dihukum
adalah orang yang bertanggung jawab atas perbuatannya, dan itu adalah hal yang
baik. Tekankan pada anak doing something
wrong doesn’t mean they’re unlovable. Orang tua yang sedang di penjara
tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga.
4. Aku bisa nggak sih ngobrol sama papa/mama?
Orang tua sebaiknya memberikan penjelasan
bahwa ada aturan untuk menelpon. Biasanya akan dikenakan biaya tertentu dan
tidak murah. Selain itu tidak setiap waktu keluarga diperbolehkan untuk
menelpon. Sekali-kali, coba ajak anak untuk menulis surat atau mengirimkan
gambar yang berisikan pesan rindu kepada orang tuanya. It will be the sweetest thing a parent could have.
5. Kapan aku bisa ketemu papa/mama?
Di setiap penjara tentu memiliki aturan
untuk kunjungan seperti kapan waktu kunjungan, berapa lama, dan bagaimana
prosedurnya. Ketika akan mengunjungi penjara, sebaiknya orang tua dan anak
melakukan persiapan agar pertemuan berlangsung secara efektif. Jika letak
penjara jauh, misalnya di luar kota, maka berikan penjelasan pada anak bahwa
kita tidak bisa sering-sering mengunjunginya. Informasikan kepada anak tentang
aktivitas positif sehari-hari di penjara agar anak mempunyai gambaran mengenai
keseharian orang tuanya.
6. Aku bakal tinggal sama siapa?
Jika hanya salah satu orang tua yang di
penjara, maka orang tua yang satunya dapat menjelaskan bahwa ia tidak perlu
khawatir walaupun hanya akan tinggal dengan satu orang tua atau single parent. Begitu pula jika anak
diasuh oleh anggota keluarga lain. Anak yang
insecure mengenai kehidupannya dapat diyakinkan dengan mengatakan bahwa
seluruh kebutuhan hidupnya telah direncanakan dan disiapkan dengan baik. Serta
orang tua atau pengasuh dapat meyakinkan anak bahwa ia tidak akan
ditelantarkan.
7. Papa/mama masih sayang sama aku nggak sih?
Mungkin anak ragu dengan kasih sayang atau
perhatian yang orang tua berikan selama orang tua dipenjara. Berikan penjelasan
bahwa tinggal terpisah bukan berarti kasih sayang dan perhatian orang tua
tehadapnya akan berkurang atau bahkan hilang.
8. Ini salahku ya? Ini gara-gara aku ya?
Jika orang tua mendapati anak yang terpukul
hingga menyalahkan diri sendiri atas kejadian ini, maka orang tua dapat meyakinkannya
dengan 3 poin penting: kejadian itu murni bukan kesalahannya; hukuman penjara
adalah konsekuensi yang harus seseorang jalankan atas tindakannya; hal tersebut
bukan berarti karena orang tua ingin meninggalkannya dan jahat terhadapnya.
9. Kenapa ya aku merasa marah atau sedih?
Yakinkan anak bahwa perasaan tersebut
normal atau wajar dialami, serta yakinkan pula bahwa ia dapat menceritakan apa
saja kepada orang tuanya. Orang tua dan anak juga dapat sama-sama melakukan
kegiatan positif untuk mengurangi rasa marah, sedih, dan emosi negatif lainnya.
10. Aku bisa bantu apa? Aku harus apa?
Beri tahu anak bahwa ia dapat menghibur orang
tua yang sedang berada di penjara dengan membawakan makanan favorit orang tua,
memberikan hadiah ulang tahun atau sekedar mengirimkan hasil karyanya sebagai
bentuk rasa cinta kepada orang tua di penjara.
Dear beautiful parents
or strong single-parents… Telling the
truth is the main point. Jadi, sesulit apapun pertanyaan anak dan
serumit apapun keadaan, berusahalah untuk menjawab dengan jujur. Menenangkan
diri sebelum menjawab pertanyaan anak akan mempermudah orang tua untuk
menjelaskan secara jujur dan tenang. Pastikan anak memahami dengan maksud yang
positif. Tidak perlu menunggu special
occasion untuk menjelaskan kepada anak, karena biasanya
pertanyaan-pertanyaan tersebut terlontar begitu saja dan mau tidak mau orang
tua harus menjawab dengan segera.
Such a long post
ya. Semoga apa yang saya pelajari dan saya bagi di sini dapat bermanfaat bagi
orang tua, rekan-rekan sejawat, dan terutama para single parents tangguh yang sedang menjalani hari-hari penuh hikmah
bersama anak-anak hebat. Have a nice day,
folks!
"It is easier to built strong children than repair broken men." - Frederick Douglass
Referensi:
http://www.kevinmd.com/blog/2011/02/10-questions-asked-children-parents-prison.html
Perasaan anak pada orang tua memang sangat erat
BalasHapusindeed :)
Hapus