Kapan Anak Harus Mandiri?

Dear awesome parents, wherever you are...

Pernah memperhatikan anak yang sepertinya bangga banget bisa sikat gigi sendiri? Atau pernah melihat anak merapikan kamar atau mainan-mainannya padahal tidak disuruh orang tua?


sheknows.com

Saya rasa, tidak ada satupun orang tua yang tidak bahagia melihat anaknya tumbuh sebagai anak yang mandiri apalagi sampai terlihat dapat menyelesaikan tanggung jawab. Namun, yang menjadi concern di sini adalah anak yang mandiri bukan berarti anak yang tidak membutuhkan kontrol orang tua. Malah orang tua yang memiliki kontrol yang sesuai (tidak kurang atau berlebihan) serta memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan sendiri yang kemudian akan diberi feedback oleh orang tua, akan menghasilkan anak dengan kemandirian yang berkembang (Chang, 2007)

Jika dilihat dengan kacamata teori Psikososial dari Erik Erikson, tahap kedua yaitu Autonomy vs Shame and Doubt terjadi pada usia 2 hingga 3 tahun. Pada tahap ini, anak mulai terlihat mandiri karena perkembangan fisik dan psikologisnya cukup mampu membantunya dalam menjalankan aktivitas secara mandiri. Akan tetapi, pada tahap ini juga berkembang perasaan malu dan ragu untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Sehingga, idealnya orang tua menciptakan suasana yang suportif untuk membantu anak mengembangkan kemampuan self-control tanpa harus kehilangan self-esteem. (Miller, 2011)

Jadi, sebaiknya anak usia 2-3 tahun sudah bisa dilatih kemandiriannya, tentu mulai dari hal-hal kecil. Lalu, apa saja yang bisa dilakukan oleh anak usia segitu?

Dear grateful parents, anak usia segitu perkembangan fisik motorik dan kognitifnya sudah bisa dilatih untuk melakukan tugas-tugas sederhana lho. Minimal untuk kepentingan dirinya sendiri. Misalnya, anak diajari untuk memasukkan mainan yang telah selesai dimainkan ke dalam kotak mainan. Orang tua dapat mencontohkan terlebih dulu, kemudian meminta anak untuk mencoba mengikutinya. Akan lebih baik jika disertakan alasan yang mudah dipahami oleh anak, seperti:

"Kalau sudah selesai, mainannya dimasukkan ke kotak lagi, biar nanti mainannya nggak hilang atau rusak."

Dengan diberikan contoh dan alasan, anak bukan hanya sekedar tahu apa yang harus dilakukan atau bukan hanya sekedar meniru, tetapi juga memahami mengapa hal tersebut perlu dilakukan. Sehingga, nantinya anak akan tergerak melakukan aktivitas karena memang aktivitas terebut perlu ia lakukan dan terasa akan memberikan manfaat baginya.

Oh ya, jangan lupa apresiasi, ya dear parents. Salah satu cara untuk memperkuat perilaku adalah dengan pemberian reward. Tidak perlu dalam bentuk materi, dalam bentuk pujian pun dapat mendorong perilaku anak. Misalnya dengan mengakatakan:

"Pinter banget ya anak Bunda."
"Ayah seneng deh kamu bisa melakukan itu. Hebat!"

Yang perlu digaris bawahi adalah anak tidak serta-merta akan selalu berhasil atau ada saat dimana anak butuh bantuan orang tua. Agar tidak terkesan seperti 'gagal', orang tua dapat menawarkan bantuan, membantu di awal, kemudian biarkan anak yang melanjutkan hingga selesai. Misalnya, anak kesulitan menutup resleting tas. Orang tua dapat mulai menaikkan resletingnya sedikit lalu meminta anak untuk melanjutkan hingga resleting benar-benar tertutup.

Dear beautiful parents, wherever you are...

Next time saya akan coba sharing aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan perilaku mandiri pada anak. Saya rasa hal ini perlu untuk dipahami orang tua karena kemandirian merupakan salah satu aspek penting bagi anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, minimal bagi dirinya sendiri.

"It is not what you do for your children, but what you have taught them to do for themselves that will make them successful human beings" - Anonymous

Referensi:

Miller, Patricia H. (2011). Theories of Developmental Psychology. New York: Worth Publisher.

Chang, Mimi. (2007). Cultural differences in parenting styles and their effects on teens' self-esteem, perceived parental relationship satisfaction, and self-satisfaction. Carnegie Mellon University. retrieved from http://repository.cmu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1084&context=hsshonors



Share this:

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment

0 Feed Back:

Posting Komentar