[Review] Reply 1988: A Drama that Worth Thousands Smiles
Oke. Enaknya mulai darimana ya?
Jadi gini, gue adalah newbie di
per-drama korea-an. Sebelumnya gue nggak pernah nonton satupun serial drama
korea, karena yang ada di benak gue waktu itu drama is drama gitu, pasti
ceritanya amat sangat jauh dari kehidupan nyata, cerita cinta yang cheesy, dan
tampang cowok korea itu bukan tipe gue banget.
Dulu.
Sampai akhirnya gue
direkomendasikan oleh seseorang untuk menonton drama korea yang berjudul Reply 1988. Sebenernya gue udah lumayan
sering ngelihat di sosmed tentang drama korea yang heboh ini. Gue pun kepo, mau
nyoba nonton dan kebetulan emang lagi gabut nggak sesibuk kemaren-kemaren.
Gue nontonya online, di salah
satu website yang menyediakan ratusan serial tv korea maupun internasional. Gue
mulai nonton dari episode pertama banget dan benar-benar nggak nyari tahu
sinopsisnya sama sekali. Ceritanya biar surprise aja nontonnya. Waktu itu Reply 1988 udah selesai jadi gue nonton
drama yang bahkan endingnya udah kesebar luas. Tapi gue nggak mau tahu, biarlah
gue menemukannya sendiri. Ya.
Kesan setelah nonton episode
pertama: GILAK! INI DRAMA BAGUS BANGET YA AMPUN GUE KEMANA AJA SELAMA INI BARU
TAHU DAN BARU NONTON??
Ini drama yang gue cari-cari
selama ini. Alur cerita yang… aduh kenapa bisa keren banget gitu sih? Seluruh
episodenya berdurasi kurleb satu setengah jam. Dan dalam waktu segitu, Reply 1988 sukses banget bikin mood lo
berantakan. Literally berantakan.
Kalau di menit ini lo bisa ketawa
ngakak sampe sakit perut, di menit kemudian woosh! Suasana hati lo bisa aja
jadi porak poranda karena adegan yang mengharukan dan sukses membuat gue
nangis, bahkan ada episode yang bikin gue nangis tersedu-sedu.
Dan dari situ, gue memutuskan
untuk tetap setia pada Reply 1988
sampai habis.
Kenapa drama ini bagus banget
menurut gue? Karena:
1. Drama
ini settingnya tahun 1988, setting jadul yang syuting di era modern, dari shoot
gambarnya aja udah keren banget, ala-ala lawas gitu. Segala propertinya, tren
masa itu, pakaian-pakaian mereka… dan nggak ada gadget! Bener-bener ngegambarin
tahun 1988-nya korea.
2. Drama
ini komplit banget. Ada cerita tentang keluarga (this one is my favorite theme
in this drama), cerita tentang persahabatan dari bocah sampai dewasa, cerita
tentang hidup bertetangga, dan tentunya ada cerita cinta anak muda juga.
Semuanya ada kan? Segenius itu bikin film yang sekomplit ini.
3. Drama
ini nggak murahan, benar-benar menyajikan kualitas cerita yang menurut gue
nggak akan disangka-sangka. Bahkan katanya, para pemainnya pun nggak tahu nasib
endingnya seperti apa. Huh sutradara licik tapi cerdas sekali ya.
4. Pesan
moralnya banyaaaaakk banget dan bikin baper abis-abisan! Ntar di bawah gue
jelasin pesan moral dan pelajaran yang gue dapat dari Reply 1988.
Oh iya, gue bahkan belum
nyeritain sinopsisnya ya. Hehehe. Nih, bagi yang belum nonton, harap langsung
scroll aja ke bawah karena bakal ada spoiler. Nggak deng. Gue nggak mau kasih
tahu sampai abis karena emang drama ini enaknya kalau kita tahu sendiri karena
fokus nontonnya.
Jadi Reply 1988 ini bercerita tentang suatu lingkungan komplek rumah
yang terdiri dari lima keluarga di tahun 1988. Di tahun itu, ada lima anak yang
seumuran: Deok Sun (lead), Sun Woo, Choi Taek, Jung Hwan, dan Dong Ryong.
Mereka bersahabat dari kecil, dan di tahun 1988 mereka berumur 18 tahun alias
SMA tingkat akhir, kecuali Taek yang nggak melanjutkan sekolahnya dan fokus
jadi pemain baduk internasional. Oh ya, nama daerahnya Ssangmundong di kota
Seoul.
Drama ini menceritakan kehidupan
komplek tersebut, mulai dari kehidupan bertetangga yang udah kayak saudara
sendiri karena dekat banget (nggak kayak kehidupan bertetangga sekarang yang
serba individualis), lalu kehidupan sekolah dan persahabatan yang juga erat
banget sampai-sampai Deok Sun udah nggak dianggap cewek sama mereka saking
kompaknya. Terus kehidupan keluarga dan rumah tangga yang paling berperan bikin
gue nangis. Ya gue sih emang berhati lembut ya. Hahaha. Gue lemah dah kalau
udah cerita tentang keluarga terutama tentang ibu bapak gitu yang sederhana
tapi kelihatan sayang banget sama anak-anaknya. Hiks. Hiks.
Ya pokoknya harus nonton sendiri.
Usahakan sendiri. Dan fokus, tiap detiknya harus ditonton. Hahaha. Karena lo
bakal kayak orang gila, yang ketawa ngakak terus abis itu nangis sampai
ingusan.
Ada masa dimana gue menerka-nerka
dan berharap suami Deok Sun adalah orang yang gue inginkan. Tapi ternyata mimpi
gue nggak diwujudkan oleh sutradaranya. Bener-bener nggak nyangka alur
ceritanya bakalan kayak gitu, dan Deok Sun nggak sama orang yang gue maksud.
Sedih.
Semakin akhir, ceritanya makin
mengharukan. Bikin hanyut penontonnya dalam air mata kesedihan. Entah itu
karena mereka sudah dewasa dan jadi jarang bersama, atau kisah para orang tua
yang sedang bersiap menghadapi masa tua mereka. Sedih banget.
Saking bagusnya ini drama, gue
pun merasakan after effect-nya: nyari-nyari behind the scene, berita, sampai
kepoin akun sosmed para pemainnya. Gawat nih. Gue udah terjerumus dalam dunia
per-drama korea-an. Tapi, sampe saat ini gue nggak begitu fall in love sama
wajah aktor-aktornya. Emang sih ada yang ganteng, tapi nggak bikin gue sampe
fangirling gitu. Biasa aja.
Satu lagi yang bikin Reply 1988 ini menjadi drama yang gue
namai “drama tolol tapi bikin baper”. Kenapa gue sebut tolol? Karena emang
banyak adegan tolol yang mengundang tawa. Dan salah satu indikator kalau drama
ini bisa disebut lucu adalah ketika ada adegan tolol atau lucu, akan ada sound
efect kambing mengembek (?) “mbeeekk..” HAHAHA itu lucu banget menurut gue,
karena biasanya kalau adegan lucu di film-film itu palingan sound effect
penonton ketawa atau bunyi jangkrik “krik krik”. Drama satu ini deserves piala
Oscar kayaknya. Halah.
Reply 1988 udah selesai. Gue sedih karena tontonan bermutu gue udah
habis dalam waktu dua minggu.
Gue akan kangen Deok Sun, si
manis berhati baik yang lugu dan susah belajar. Gue akan kangen tangisannya dan
kecerobohannya. Deok Sun tegar banget bisa hidup di basement, tiap hari
berantem sama kakaknya yang galak, dan adeknya yang sok tahu. Adegan favorit
gue adalah ketika dia komplain masalah hotel di China. Ngakak banget sama
ekspresi bodohnya HAHAHA
Gue akan kangen Jung Hwan, cowok
paling cool dan paling cuek sekomplek Ssangmundong. Tapi ternyata Jung Hwan
romantis banget dan perhatian abis sama keluarganya di balik tampangnya yang
seolah tak peduli. Sempet kepikiran kalau dideketin cowok macem Jung Hwan ini
mungkin seru juga.
Gue akan kangen Taek, si dewa
baduk. Gue bahkan nggak tahu kalau permainan baduk itu sampe segtitu bekennya
di masa itu, bahkan gue nggak tahu baduk itu ada di dunia hehe Taek yang aneh, life
skill-nya kayak bocah, ga ada ekspresi tapi baik banget sama teman-temannya.
Gue akan kangen Sun Woo, cowok
paling ganteng sekomplek dan se-SMA Ssangmundong. Rajin belajar dan nggak
diduga bakalan nikah sama… rahasia! Menurut gue Sun Woo ini sempurna: cowok
pinter, rajin, sayang orang tua dan adiknya, dan care sama teman-temannya. Hug
Sun Woo.
Gue akan kangen Dong Ryong, cowok
paling tolol tingkahnya dan paling kasihan menurut gue karena dia hidup dalam
bayang-bayang bokapnya yang jadi kepala sekolah HAHAHA paling bisa deh
ide-idenya Dong Ryong tuh kadang membawa malapetaka tapi kadang juga ngebantu
banget.
Gue akan kangen Bo Ra, kakaknya
Deok Sun yang galak, pinter, keras kepala, dan sangat bertolak belakang dengan
Deok Sun. Tapi sebenarnya Bo Ra itu anak yang patuh dan pekerja keras dan bisa
dibilang rada kaku sama aturan. Tapi cantik banget deh si Bo Ra ini. Gue pernah
berangan-angan punya wajah cantik Bo Ra. Ya ngimpi sih. Gue tau.
Gue akan kangen ayah dan ibunya
Deok Sun. duh, benar-benar ngegambarin orang tua yang sayaaaang banget sama
anak-anaknya dan rela ngelakuin apa aja demi anak-anaknya. Walaupun tinggal di
basement rumah Jung Hwan, tapi mereka selalu berusaha menuhin kebutuhan
anak-anak mereka. Baper banget kalau udah cerita tentang mereka.
Gue akan kangen ayah dan ibunya
Jung Hwan. Bokapnya Jung Hwan ngocak banget, gokil, dan sering jadi teman
becandaannya Deok Sun. Gue akan kangen sapaan Presiden Kim dan Presiden Sung
ala mereka berdua HAHAHA dan si nyonya citah yang setelah beberapa episode gue
baru nyadar ternyata bajunya bercorak hewan melulu hihi sosok orang kaya mau
banget bantuin tetangga-tetangganya dengan sukarela dan nggak pernah sombong
sekalipun.
Gue akan kangen Jung Bong,
kakaknya Jung Hwan yang aneh dan nggak ngerti dia kayaknya nggak punya tujuan
hidup yang jelas huhuhu tapi lucu sih dia sebenernya pinter dan berbakti banget
sama keluarganya. Oh iya, akan kangen juga sama No Eul, adeknya Deok Sun yang
mukanya lebih tua hahaha dan suka kepo sama kehidupan pribadi kakak-kakaknya. No
Eul juga sabar banget punya dua kakak yang satu galak, yang satu mble’e, dan
selalu dianggap bocah di keluarganya. Eh ternyata gitu-gitu punya bakat
terpendam.
Gue akan kangen ibunya Sun Woo
dan ayahnya Taek. Ibunya Sun Woo yang selalu ceria dan merasa beruntung banget
punya anak kayak Sun Woo walaupun cuma mengandalkan gaji suami yang sudah
meninggal. Ayahnya Taek yang cool, tampak lugu, dan pendiam juga ternyata baik
banget walaupun sering disebut beruang karena nyaris nggak ada ekspresi waktu
ada kejadian yang menghebohkan.
Gue akan kangen si kecil lucu Jin
Joo yang mulai episode akhir-akhir digantikan oleh Jin Joo yang lebih besar
karena udah masuk SD. Jin Joo kecil lucu banget dan penurut, dan gue masih
sering kepoin instagram aslinya karena itu anak gemesin nggak udah-udah. Jadi
mainan juga di lokasi syuting. Hiks.
Gue akan kangen komplek Ssangmundong,
sebagaimana mereka juga rindu kebersamaan di komplek kecil itu. Gue
membayangkan di suatu hari nanti gue bisa hidup di area perumahan yang rasa
kekeluargaannya dekat, nggak perlu sungkan untuk makan di rumah tetangga,
saling mengirimkan makanan untuk anak-anak, kumpul-kumpul untuk sekedar nonton
TV bareng, dan menanyakan kabar. Gue yakin, mereka yang hidupnya persis kayak
di komplek itu, hidupnya akan bahagia banget. Nggak perlu rumah mewah yang
segala ada tapi terasa sendiri. Kebersamaan yang dicitrakan Reply 1988 benar-benar bikin gue mikir
selama ini, bahkan ketika gue ngekos selama hampir 4 tahun, kamar sebelah gue
udah 4 kali ganti penghuni, tapi nggak pernah ada yang gue kenal dekat. Nggak
pernah. Gue mau bertetangga kayak di Reply
1988 pleaseeeee
Argh, gue gila nih gara-gara
drama korea. Gue udah mulai membayangkan yang nggak-nggak. Tapi gue amat sangat
terkesan dengan apa yang dihadirkan dalam drama ini. Banyak pesan moral dan
pembelajaran yang gue dapatkan, seperti berikut ini:
·
Kita mungkin nggak pernah mendengar kata “I Love
You” langsung dari mulut orang tua kita, tapi kita nggak tahu perjuangan mereka
membahagiakan kita itu sangat dahsyat. Kita nggak pernah tahu rasanya orang tua
kebingungan saat harus mengorbankan sesuatu agar anaknya bisa sukses.
·
Semakin dewasa, kita semakin mengenal siapa diri
kita sebenarnya, apa tujuan hidup kita, dan menyadari bahwa kehadiran kita
sebagai anak yang merantau sangat dirindukan orang tua. Orang tua mungkin nggak
pernah terlihat menuntut, tapi harapannya selalu tersirat dari ekspresi cinta
yang mereka tunjukkan. Ah, jadi kangen rumah.
·
Mau kita jelek, cakep, pinter, bego, atau bahkan
di titik terlemah kita, yang namanya sahabat sejati akan selalu berusaha hadir
dan melengkapi kekurangan yang kita punya. Hampir sama kayak poin pertama,
mungkin sahabat kita nggak pernah mengumbar kata sayang, tapi rasa sayangnya dibuktikan
dengan perilaku sahabat kita yang ikhlas membantu saat kita sulit dan menginvestasikan
waktu untuk kebahagiaan kita.
·
Buat cowok-cowok: Kalo lo benar sayang dan
menginginkan seseorang, SAY IT! Jangan takut penolakan, karena sebenarnya lo
nggak tau apa yang dia rasakan terhadap lo kalau lo nggak coba ungkapkan. Keburu
disalip orang lain (yang ternyata sahabat sendiri) itu sakit banget pasti. Tapi
itulah pesan moralnya: cinta itu harus memiliki, lo nggak bisa cuma sekedar
cinta dan berharap dia bakal membalas cinta kalo lo nggak berusaha untuk
menyuarakannya… walaupun terasa nggak mungkin.
·
Nggak ada salahnya jatuh cinta sama sahabat
sendiri. Nggak ada salahnya cewek jatuh cinta sama yang lebih muda dan cowok
suka sama cewek yang lebih tua (sedikit). Nggak ada salahnya berharap pada
cinta pertama. Nggak ada salahnya mencoba memperjuangkan cinta pada pandangan
pertama.
·
Kehidupan bertetangga yang ideal itu ya yang
kayak gini, udah kayak keluarga besar yang saling membantu tanpa komando, nggak
saling ngomongin, menghabiskan waktu bersama walaupun cuma seminggu sekali, dan
nggak pernah berlomba untuk menjadi yang ‘paling’ di antara tetangga. Kangen banget
sama ramahnya komplek Ssangmundong!
·
Kejar cita-cita lo walopun terasa basi atau
nggak mungkin. Karena nggak ada yang nggak mungkin. Dan jangan lupa berterima
kasih pada keluarga yang selalu mendukung apa yang kita cita-citakan.
Udah ya. Gue makin nggak bisa
move-on kalau kayak gini terus. Harapan gue adalah semoga tayangan kayak gini
terus ada dan terus bisa menginspirasi. Hidup nyatanya bukan hanya tentang
cinta, pasangan, dan hal-hal individualis lainnya. Keluarga, sahabat setia,
cita-cita, dan cinta adalah dimensi-dimensi yang mewarnai hari-hari kita tapi
kadang kita nggak bisa berikan segala waktu dan tenaga yang kita punya secara
seimbang ke semua dimensi itu.
Bye tontonan
tolol-tapi-bikin-baper Reply 1988
(Answer Me / Eungdhabara 1988). Terima kasih sudah memberi banyak kesan dan
pelajaran berharga. It will be the best drama I’ve ever watched. Bye!
terima kasih artikelnya mbak Olphi. Setuju banget!!! Nice article.. kapan ya Indonesia bisa bikin film kaya gini ?
BalasHapusBest of the best. Agree with you👍
BalasHapusSayangnya jung hwan.... padahal berharap endingnya dia jadian dengan dok soen.... ya ampun drama terbaik ini...
BalasHapus