ODHA Berhak Sehat, Kamu Berhak Tahu!


Apa yang terlintas di benakmu ketika ada seseorang yang menunjuk orang lain di hadapanmu lalu berkata, “Dia ODHA!”? Merasa jijik kah? Atau merasa takut untuk mendekat ke orang yang ditunjuk tersebut?

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana perasaanmu jika kamu tidak lagi dapat berinteraksi dengan teman-temanmu, orang-orang sekitarmu, bahkan keluargamu yang menjauh dikarenakan kamu menderita penyakit yang sama sekali tidak kamu harapkan sebelumnya, yaitu AIDS? Pernahkah?

ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) sebetulnya sama seperti kita. Tidak, ada yang berbeda. Ya, mungkin secara kasat mata mayoritas ODHA agak terlihat sedikit berbeda dengan orang sehat lainnya. Kita bisa melihat itu dari ciri-ciri fisik seperti terlihat lesu, kurus, pucat, hingga sering sakit-sakitan dikarenakan menurunnya sistem imun tubuh.

Saat ini banyak sekali media-media yang mempublikasikan tentang HIV/AIDS. Mulai dari apa itu penyakit AIDS, bagaimana bisa terjangkitnya, hingga penanganan yang tepat terhadap penderita penyakit AIDS. Tidak sedikit juga yang membahas kehidupan sosial para ODHA, sikap-sikap yang tepat menghadapi ODHA, hingga menciptakan komunitas-komunitas yang merangkul ODHA bahkan senantiasa membantu memulihkan penyakitnya baik melalui dukungan moral, mental, maupun finansial.

Aku akan mencoba membahas tentang ODHA yang sebenarnya sangat berhak untuk sehat. Sangat berhak untuk memiliki pengalaman-pengalaman luar biasa seperti kita. Sangat berhak untuk tersenyum bahkan tertawa lepas dan bilang, “Aku tidak sendiri, aku masih mempunyai mereka yang peduli terhadapku.”

Sejujurnya, aku tidak pernah memiliki pengalaman, interaksi, atau kehidupan sosial dengan ODHA. Tapi, bisa dibilang aku cukup mengetahui informasi-informasi mengenai ODHA itu sendiri. Aku tertarik dengan isu yang satu ini. Aku pernah membaca sebuah novel non fiksi berjudul “Waktu Aku Sama Mika” karya Indi yang menceritakan kehidupan percintaannya dengan pacarnya yang mengidap HIV/AIDS. Aku begitu tersentuh dan menghayati bagaimana perjuangan Mika untuk sembuh serta dukungan Indi yang begitu hebat. Dan aku yakin, di luar sana, selain Mika dan Indi, ada sekelompok ODHA yang bersemangat untuk sembuh dan kembali sehat juga sekelompok orang yang dengan sepenuh hati, jiwa dan raga mendukung kesembuhan saudaranya.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. (http://www.odhaberhaksehat.org/2012/aids/)

Wait, cairan vagina? Air mani? ASI? Jadi, seorang anak bayi tak berdosa pun dapat merasakan sakitnya mengidap HIV/AIDS bahkan saat ia belum bisa melihat indahnya dunia. Ibunya yang tertular lebih dulu menjangkitkan penyakit tersebut kepada bayinya, apalagi kalau bukan lewat ASI.

Sistem imun bayi yang sangat rentan, ditambah dengan virus HIV yang beredar ditubuhnya membuat bayi tidak dapat tumbuh sehat dan normal seperti kebanyakan bayi lainnya. Ibu dengan AIDS pun tidak bisa mengurusi bayinya secara optimal, padahal di tahap perkembangan bayi dan anak-anak diperlukan pola pengasuhan yang baik dan intensif dari orang tua. Belum lagi jika anak-anak tersebut tumbuh dan mulai bergaul dengan teman-teman sebayanya, ia akan merasa sedikit ‘berbeda’ dan memutuskan untuk menjadi anti-social.

Sesungguhnya, anak dengan penyakit AIDS tersebut dapat tumbuh dengan normal secara sosial jika ia diberikan pendidikan dan pengetahuan yang jelas mengenai HIV/AIDS. Begitu juga dengan orang tua dan lingkungan sekitar ia tinggal atau bermain. Dengan begitu, tidak akan ada lagi salah kaprah mengenai AIDS itu sendiri dan bisa jadi diskriminasi terhadap ODHA berkurang.

Diskriminasi yang aku maksud adalah diskriminasi sosial dan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan. Banyak sekali ODHA yang mengalami diskriminasi ketika berobat di instansi kesehatan umum dikarenakan tenaga medis yang menolak memberikan penanganan. Padahal, tidak ada aturan yang melarang pasien dengan HIV/AIDS berobat di rumah sakit umum dan tentu saja tenaga medis telah mengetahui betul kode etik yang seharusnya dapat diterapkan kepada seluruh pasien.

Tak lepas dari pandangan agama dan budaya yang menilai bahwa ODHA merupakan komponen masyarakat yang agak ‘khusus’ dan biasanya akan diberikan perlakuan yang berbeda dikarenakan adanya anggapan negatif mengenai latar belakang seorang ODHA dapat terjangkit virus HIV.

Agama dan budaya Indonesia melarang masyarakatnya melakukan hubungan intim di luar nikah yang dapat mengakibatkan tertularnya virus-virus atau penyakit kelamin seperti HIV/AIDS. Juga melarang adanya penyalahgunaan narkotika karena dalam prosesnya, penyalahgunaan narkotika tersebut dapat terjadi indikasi penularan virus HIV. Maka dari itu, HIV/AIDS dianggap masalah sosial yang sebenarnya dapat dicegah penyebarannya dan dapat ditangulangi penyebabnya.

Bagaimana pun juga, ODHA adalah orang-orang yang berhak untuk sehat. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang dapat melarang seorang ODHA untuk bercita-cita, bersosialisasi, mempunyai keluarga dan kehidupan yang layak, serta menempuh pendidikan hingga meraih prestasi. Tugas kita sebagai orang-orang sehat adalah:
·         Selalu bersyukur
·         Mendekatkan diri dengan  agama
·         Rajin-rajin mencari informasi tentang HIV/AIDS dan ODHA
·         Meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan HIV
·         Tidak mendiskrimansi ODHA dengan alasan apapun
·         Mencoba merangkul ODHA dan memberi dukungan semampunya
·         Lakukan hal-hal yang positif yang bermanfaat
·         Tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkotika
·         Tidak melakukan hubungan seks pra-nikah
·         Berhati-hati dalam melakukan kegiatan medis (donor darah, injeksi, dll)
·         Berusaha untuk menjaga kesehatan dengan melakukan olahraga
·         Makan makanan yang bergizi serta pola makan yang teratur
·         Membiasakan hidup bersih (diri dan lingkungan)

Suatu saat, kamu akan merasakan bahwa sehat itu mahal harganya. Hargai tubuhmu, rawat dan lakukan hal-hal positif untuk dirimu dan sekitarmu.
Semoga kamu sehat selalu. Say no to drugs and… against AIDS not the victims!

This article for the purpose of Kontes Menulis ODHA Berhak Sehat 1 

 

 


Share this:

JOIN CONVERSATION

14 Feed Back:

  1. Informatif :D, ditunggu tulisan2mu yg lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya, Nian :) jangan bosen-bosen baca artikel2 aku yang lain yaa :"

      Hapus
  2. Artikel yg bagus tp kurang menggugah. Gue blm bsa berawang" ttg HIV / AIDS itu sendiri hahaha :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo mau informasi yang lengkap dan bikin wawasan kita terbuka banget, bisa ke www.odhaberhaksehat.org di sana lo bisa dapetin info ttg HIV/AIDS yang waaaahh :D

      Hapus
  3. Tulisannya bermutu (gak saya tulisan aku wkwkwkwk). Coba tambahkan sedikit lebih mendetil lg soal hiv/aids-nya biar lebih tergugah. Tp overall informatif dan bisa jadi sar kita untuk lebih memahami kalau yg kita hindari itu penyakitnya, bukan pengidapnya. Well done and write more :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank you Tari atas kritiknya yang membangun :) aku juga lagi dalam tahap pembelajaran membuat artikel terutama tentang HIV/AIDS hehehe
      Nah, kalo udah ngeh tentang maksud artikel ini, mulai sekarang ubah pola pikir terhadap ODHA ya! ;)

      Hapus
  4. Bagus tapi kurang nyentil. Keep up your good work :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. emangnya mau disentil pake apa? hehehe. makasih ya kritikannya. makin jadi motivasi biar bisa better nih. thank you ciciiii :))

      Hapus
  5. sentiiil. artikel yang menarik.eh btw buku Aku sama Mika bukannya tentang leukimia yah, ato saya yg salah inget .
    Sukses ya disya, terus berbagi melalui tulisan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. buku "Waktu Aku Sama Mika" tentang AIDS kok, mbak :) hehe
      makasih banyak yaa saran dan supportnya :) sukses juga mbak-nya. amin ;)

      Hapus
  6. eh kelupaan. mau bilang blognya kereen, tai font kegedean, kalo dikecilin dikit mungkin jadi lebih manis.

    sekalian ikutan Giveawayku yuks. setiap tulisan dikonversi untuk disumbangkan ke palestina, ayoo
    http://windiland.blogspot.com/2012/12/giveaway-windiland.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih banyak a, mbak atas masukannya. insha Allah kedepannya akan lebih baik lagi hehe.

      oke, insha Allah saya ikutan. terima kasih mbak infonya :)

      Hapus
  7. Nice and sweet, but still need few improvements. I was wondering if you could change the font size. I think it's too big for a blog. But you've done quite well. Keep up the good work, sweety :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank you so much, bel for your awesome suggestions :"
      i'm on my way improving my writing skill. thank youuuuu :)

      Hapus